Sabtu, 04 Desember 2010

CIRI BATIK MEGA MENDUNG

SALAH satu motif batik Mega mendung yang menjadi khas Cirebon Khususnya Daerah Trusmi. Motif yang merupakan akulturasi dengan budaya Cina itu, kemudian dikembangkan seniman batik Cirebon sesuai cita rasa masyarakat Cirebon yang beragama Islam.

SEBAGAI suatu karya seni, megamendung identik dan bahkan menjadi ikon batik pesisiran Cirebon. Batik ini memiliki kekhasan yang tidak dijumpai di daerah-daerah pesisir penghasil batik lain di utara Jawa seperti Indramayu, Pekalongan, maupun Lasem.

Kekhasan megamendung atau “awan-awanan” tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas seperti biru dan merah, tetapi juga pada nilai-nilai filosofi yang terkandung pada motifnya. Hal ini sangat erat berkaitan dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon.

Sejarah Tarekat Batik Trusmi Cirebon

Batik Cirebon juga terkait perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan. Itu pula kenapa kendati terpengaruh motif Cina, penuangan gambar berbeda, nuansa Islam mewarnai dan disitulah terletak kekhasannya.

Pengaruh tarekat bisa terlihat pada Paksi Naga Liman, motif itu merupakan simbol berisi pesan keagamaan yang diyakini tarekat itu. Paksi mengambarkan rajawali, naga adalah ular naga dan liman itu gajah, motif itu menggambarkan peperangan kebaikan melawan keburukan dalam mencapai kesempurnaan.

"Motif itu juga menggambarkan percampuran Islam, Cina dan India. Para pengikut tarekat menyimpan pesan-pesan agamis melalui simbol yang menjadi motif karya seni termasuk pada motif-motif batik. Pada Paksi Naga Liman, pesan yang ingin disampaikan ialah konsep relijis wasjadul wujud atau manunggaling kawulo lan ghusti," tutur Made Casta.

Pada megamendung, selain perjalanan manusia, juga ada pesan terkait kepemimpinan yang mengayomi, dan juga perlambang keluasan dan kesuburan. Komarudin mengemuakan, bentuk awan merupakan simbol dunia luas, bebas dan transenden, ada nuansa sufisme di balik motif itu.

Pekerjaan membatik pada awalnya dikerjakan anggota tarekat yang mengabdi ke keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tersebut. Di Cirebon, para pengikut tarekat itu tinggal di daerah yang dinamakan Desa Trusmi dan sekitarnya seperti Gamel, Kaliwulu, Wotgali, Kalitengah dan Panembahan di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.

Karena itu, sampai sekarang batik Cirebon, identik dengan batik Trusmi. Masyarakat Trusmi sudah ratusan mengenal batik dan sampai sekarang turun-temurun.

"Eyang dari eyang saya sudah mengenal batik. Sampai sekarang turun-temurun. Awalnya memang Trusmi, sekarang dengan perkembangan yang pesat, masyarakat desa lain juga mengikuti tradisi Trusmi," tutur alumnus ITB yang juga pengurus Yayasan Batik Indonesia (YBI).

Keberadaan tarekat menjadikan batik Cirebon berbeda dengan batik pesisir lain seperti Indramayu, Pekalongan, Lasem maupun daerah pedalaman seperti Solo dan Yogyakarta. Karena yang aktif di tarekat adalah laki-laki, mereka pula yang awalnya merintis tradisi batik, ini berbeda dengan daerah lain dimana membatik melulu pekerjaan wanita.

Warna-warna cerah merah dan biru yang menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, terjadi karena ada campur tangan laki-laki dalam proses pembuatan batik. Dan di Trusmi pekerjaan membatik merupakan pekerjaan semesta, artinya seluruh anggota keluarga berperan, si bapak membuat rancangan gambar, ibu yang mewarnai dan anak menjemur.

Karena itu, motif Cirebon berbeda dengan batik daerah pesisir lain. Pada megamendung, warna-warna biru dan merah tua yang digunakan, mengambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.(Agung Nugroho/"PR")***

Kamis, 10 Juni 2010

CANTING BATIK

Canting merupakan alat
yang dipakai untuk
memindahkan atau
mengambil cairan yang
khas digunakan untuk
membuat batik tulis,
atau batik canting, kerajinan khas Indonesia.
Canting atau canthing
dengan phonetic tʃanʈiŋ
terbuat dari tembaga
dan bambu/kayu sebagai
pegangannya. Canting
digunakan seperti pena
ketika kita menulis
biasanya, ukurannya
macam-macam
tergantung jenis batik
yang hendak dibuat.
Ketika digunakan,
pembatik Indonesia akan
mengambil "lilin" yang
disebut "malam" yang
ada di dalam wajan
masuk ke dalam
"nyamplung". Lalu
canting diangkat dan
"cucuk" ditiup sedikit
untuk menurunkan suhu.
Lilin yang masih dalam
keadaan cair tersebut
kemudian ditorehkan
melalui bagian "cucuk"
ke kain batik untuk
membentuk lukisan
terbalik. Hasil torehan
lilin dari canting itu akan
bebas dari warna batik
sebenarnya sehingga
bagian yang tidak
dikenai lilin akan
menjadi berwarna jika
telah melalui proses
pewarnaan.

Sabtu, 13 Maret 2010

Susahnya Membuat Batik Trusmi Cirebon

Adapun perbedaan tekniknya tersebut adalah teknik batik Jawa, tukang lengreng (tukang gambar) membuat garis Wit harus dobel atau kembar sehingga tukang tembok tidak perlu membuat Wit sendiri karena sudah dibatasi oleh garis kembar tersebut.

Teknik batik Cirebon : tukang lengreng tidak perlu membuat garis (Wit) kembar, cukup satu goresan saja, selanjutnya tukang tembok sendiri yang harus membuat garis Wit tersebut.

Dengan demikian tukang tembok harus memiliki keahlian khusus agar batik yang dibuat sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Sebetulnya perbedaan teknik ini tidak begitu menonjol namun ini sekedar untuk pengetahuan saja. Di samping itu perlu kiranya untuk mengenal tahapan proses pembuatan batik.

Batik Keratonan dan Batik Pesisiran Pada Batik Trusmi

Batik Trusmi Cirebon bisa dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Batik Pesisir
Ciri dari batik ini biasanya lebih berani menampilkan warna cerah dan terang seperti: merah, kuning, hijau, biru, dsb. Hampir seperti batik Pekalongan. Adapun motifnya sebagian besar diambil dari flora dan fauna baik darat ataupun laut.
2. Batik Keraton
Warna batik keraton biasanya warna dasar krem atau warna tipis. Sedangkan warna motifnya adalah hitam, biru tua, dan coklat soga.

Adapun motifnya banyak didominasi dengan ornamen wadasan yang diambil dari kata wadasan(batu cadas).

Di sini perlu dicatat bahwa pertumbuhan dan perkembangan batik
Trusmi Cirebon nyatanya memiliki kedua klasifikasi tersebut di atas yaitu memiliki batik Pesisiran dan juga memiliki batik Kratonan.

Hal tersebut dikarenakan secara geografis, Cirebon terletak di tepi pantai, namun Cirebon memiliki kraton yaitu Kraton Kesepuhan, Kanoman, Keprabonan dan Kecerbonan. Kenyataan ini adalah bukti betapa uniknya batik Cirebon. Keunikan ini pun didukung dengan adanya kontak budaya Cirebon dengan budaya lain seperti Cina, Hindu dan Islam sehingga budaya ini mempengaruhi budaya Cirebon termasuk di dalamnya batik.

Ada banyak ragam hias batik Trusmi Cirebon dari yang klasik hingga perkembangan sekarang, maka sepantasnyalah apabila kita sebagai pewaris tradisi batik Cirebon berkeinginan untuk menggali motif-motif lama agar kelestarian tetap terjaga.

Namun kita menyadari bahwa perkembangan dapat juga dipengaruhi oleh kemauan pasar sehingga untuk membedakan ciri-ciri batik khas Cirebon tampaknya agak sulit bagi orang yang tidak menggeluti batik.

Hanya ada tiga daerah di Jawa Barat yang kelihatan tidak terpengaruh oleh perkembangan saat ini baik tata warna maupun motifnya yaitu Indramayu, Tasik, dan Garut. Namun demikian, semuanya masih tetap disukai konsumen lokal maupun Mancanegara, terbukti sampai sekarang masih tetap bisa bersaing dengan batik-batik daerah lainnya.

Khazanah Batik Trusmi Cirebon

Pada dasarnya yang disebut batik adalah yang prosesnya melalui pelilinan, adapun definisi yang sudah disepakati oleh pakar-pakar batik yaitu sbb: yang disebut batik adalah karya seni rupa pada kain yang dibuat dengan teknik pewarnaan rintang dengan menggunakan lilin batik sebagai perintang warna. Definisi ini mencakup batik tulis dan batik cap.

Sedangkan para pakar batik pada umumnya tidak menerima kalau batik printing sebagai karya batik, sebab batik printing prosesnya tidak menggunakan lilin. Akan tetapi pada umumnya orang akan menyebut batik printing sebagai karya batik.

Perkembangan batik Trusmi Cirebon nampaknya sukar untuk didekati secara sistematis dan terarah kalau tidak membuat klasifikasi motif batik Trusmi Cirebon.

Pengenalan lebih detail juga perlu mengenal jenis babaran (tata warna) dan unsur- unsur ragam hiasnya, dengan demikian secara kebentukan, batik Trusmi Cirebon dikenal dengan baik.

Batik Trusmi Cirebon dan Ciri Motif

Untuk lebih mudah mengenal batik Trusmi Cirebon ada ciri-ciri khusus, yaitu ada garis tipis atau kecil yang dalam istilah batik Trusmi Cirebon disebut Wit.

Lebih jelasnya yang disebut Wit adalah garis kontur atau tali air atau juga lung-lungan dan sejenisnya, yang relatif kecil, tipis dan halus yang warnanya lebih tua dari warna dasar kain.

Istilah Wit ini hanya ditemukan pada batik Tembokan (Cirebon), Popokan (Jawa), yang pada saat ini hanya dapat dikerjakan oleh pengrajin batik Cirebon.

Namun demikian, harus kita akui bahwa batik jaman dulu (kuno), garis Wit tersebut banyak ditemui, walaupun batik tersebut bukan dari Cirebon seperti Pekalongan, Jawa, Madura dan lainnya.

Hanya kelihatan ada perbedaan, walaupun sama-sama halus. Perbedaan ini terlihat dari cara atau teknik membatik.

Batik Trusmi dan Teknik Pewarnaan

Batik Trusmi Cirebon mempunyai warna dan teknik batik sendiri yang sulit ditiru oleh daerah lain, karena pewarnaan batik tidak hanya menggunakan teknik yang cukup rumit melainkan kadar ph air menentukan keberhasilan suatu proses pewarnaan batik. Artinya walaupun misalnya daerah Garut menguasai teknik pewarnaan batik Trusmi, tetapi jika dikerjakan di Garut warnanya tidak seperti warna batik Trusmi. Inilah keunggulan dari batik Trusmi, selain mempunyai desain batik yang baik, batik Trusmi juga didukung oleh teknik pewarnaan dan ph air yang berbeda dengan daerah lainnya.

Batik Trusmi dan Sejarah Batik Cirebon

Batik Trusmi Cirebon mulai ada sejak abad ke 14. suatu daerah dimana saat itu tumbuh banyak tumbuhan, kemudian para warga menebang tumbuhan tersebut namun secara seketika kemudian tumbuhan itu tumbuh kembali. Sehingga tanah tersebut dinamakan Desa Trusmi yang berasal dari kata terus bersemi.

Asal mulanya Sultan kraton menyuruh orang trusmi untuk membuat batik seperti miliknya tanpa membawa contoh batik, dia hanya di perbolehkan melihat motifnya saja. Saat jatuh tempo, orang trusmi itu kemudian datang kembali dengan membawa batik yang telah dia buat.Ketika itu orang trusmi tersebut meminta batik yang asli kepada Sultan,yang kemudian di bungkuslah kedua batik itu (batik yang asli dengan batik buatannya/duplikat).

Orang trusmi kemudian menyuruh sultan untuk memilih batik yang asli namun sangking miripnya sultan tidak dapat membedakannya, batik duplikat tersebut tidak ada yang meleset sama sekali dari batik aslinya. sehingga sultan mengakui bahwa batik buatan orang trusmi sangat apik, tanpa membawa contoh batik yang aslinya dapat membuat batik yang sama persis.